Article Detail

HSG Virtual Kelas IV - VI

Sebelum masa pandemi, kegiatan HSG dilakukan secara tatap muka. Namun mengingat sekarang adalah masa pandemi maka dilakukanlah kegiatan HSG secara virtual, kegiatan tersebut sangat menyenangkan karena materi yang dibahas sangat menarik. Materi untuk kelas 4, 5, dan 6 adalah implementasi PJBL, implementasi standar Pendidikan Tarakanita dalam pembelajaran tepatnya tentang experiential learning dan English.

 Implementasi PJBL bersama Ibu Elin Permata

A.   Implementasi Pembelajaran Berbasis Proyek Dalam Pembelajaran Kolaboratif Jenjang (PJBL) SD Kelas 4-6 memiliki target output yang akan dicapai yaitu sebagai berikut ini:

1.         Podcast

         Merupakan berkas digital berupa audio non streaming, banyak digunakan oleh masyarakat untuk mendengarkan berita, dan sharing ilmu pengetahuan. Bersifat dapat diulang.

2.         Video atau Film Pendek

       Merupakan teknologi untuk menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan, dan menata ulang gambar bergerak.

3.         Poster (Manual)

       Merupakan poster yang digambar dengan proses manual menggunakan alat tulis pada umumnya.

4.         Poster Digital

       Merupakan proses lanjutan dari poster yang digambar manual kemudian dipindai dan “dipoles” menggunakan program grafis yang terdapat komputer.

5.         Blog

       Merupakan website yang berisi kumpulan informasi berupa opini atau gagasan. Sebuah blog biasanya memiliki fokus terhadap satu bidang tertentu, contohnya : ilmu pengetahuan, kuliner, wisata, dll

6.         Vlog

       Merupakan video yang berisikan sebuah aktivitas, proses, ide atau ketertarikan terhadap hal tertentu

7.         Karya

                 Merupakan sebuah hasil kreasi seni, dapat berupa puisi, drama, lagu,tari, buku/booklet dan karya tulis

Materi Standar Pendidikan Tarakanita tentang Experiential learning bersama Ibu Agnes 

B.      Implementasi Experiential learning

Experiential learning itu adalah proses belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media belajar atau pembelajaran. Experiential learning adalah pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung. Experiential learning berfokus pada proses pembelajaran untuk masing-masing individu (David A. Kolb 1984)

Prosedur Experiential learning adalah

1.         Guru merumuskan secara seksama suatu rencana pengalaman belajar yang bersifat terbuka (open minded) yang memiliki hasil-hasil tertentu.

2.         Guru harus bisa memberikan rangsangan dan motivasi.

3.         Peserta didik dapat bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok-kelompok kecil/keseluruhan kelompok di dalam belajar berdasarkan pengalaman.

4.         Para peserta didik ditempatkan pada situasi-situasi nyata, maksudnya peserta didik mampu memecahkan masalah dan bukan dalam situasi pengganti. Contohnya : Di dalam kelompok kecil,

peserta didik membuat mobil-mobilan dengan menggunakan potongan-potongan kayu, bukan menceritakan cara membuat mobil-mobilan.

5.         Peserta didik aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang tersedia, membuat keputusan sendiri, menerima kosekuensi berdasarkan keputusan tersebut.

6.         Keseluruhan kelas menceritakan kembali tentang apa yang dialam sehubungan dengan mata pelajaran tersebut untuk memperluas pengalaman belajar dan pemahaman peserta didik dalam melaksanakan pertemuan yang nantinya akan membahas bermacam-macam pengalaman tersebut.

Model pembelajaran experiential learning merupakan model pembelajaran yang memperhatikan atau menitikberatkan pada pengalaman yang akan dialami peserta didik. Peserta didik terlibat langsung dalam proses belajar dan peserta didik mengkonstruksi sendiri pengalaman-pengalaman yang didapat sehingga menjadi suatu pengatahuan. Peserta didik akan mendapatkan pengalaman-pengalaman yang berbeda dari apa yang mereka telah pelajari, hal ini karena perbedaan dan keunikan dari masing-masing gaya belajar masing-masing peserta didik.

Materi Penggunaan Bahasa Asing (English) bersama Miss Maria

 

C.  Implementasi Standar Penggunaan Bahasa Asing dalam Pembelajaran

 Yayasan Tarakanita memandang perlu untuk menjawab kebutuhan akan pengembangan kompetensi karyawan, khususnya guru, dalam penguasaan dan pemanfaatan bahasa asing dalam pembelajaran. Guru menyediakan tempat bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuan dalam bahasa asing di luar kegiatan belajar-mengajar dengan guru mata pelajaran. Lembaga mencantumkan aspek pemanfaatan bahasa asing dalam perspektif Internal dan Learning and Growth. Bahasa internasional atau bahasa asing yang dimaksudkan di sini adalah bahasa Inggris, bahasa Mandarin, bahasa Jepang, bahasa Korea atau bahasa asing lain.

Tujuannya

1.    Menjawab tuntutan zaman yang kental dengan dominasi informasi, teknologi dan komunikasi.

2.    Menjawab tantangan globalisasi yang menggunakan tata pergaulan modern.

3.    Memberi tempat bagi penguasaan bahasa internasional untuk menunjang perkembangan akademis

4.    Memfasilitasi kompetensi penggunaan bahasa internasional.

(Lizken Sitorus)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment