Article Detail
RESUME PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
RESUME PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
13 – 17 JANUARI 2014 DI RAWAMANGUN JAKARTA TIMUR
A. RASIONAL PENGEMBANGAN KURIKULUM 2013
Kurikulum menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
Pengembangan kurikulum perlu dilakukan karena adanya berbagai tantangan yang dihadapi, baik tantangan internal maupun tantangan eksternal.
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan)Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar pengelolaan, standar biaya, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar isi, standar proses, standar penilaian, dan standar kompetensi lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.
Pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pergeseran atau perubahan pola pikir. Pergeseran itu meliputi proses pembelajaran sebagai berikut:1)dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa;2)dari satu arah menuju interaktif; 3)dari pasif menuju aktif-menyelidiki; 4)dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata; 5)dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim; 6)dari alat tunggal menuju alat multimedia; 7)dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif; 8)dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan; 9)dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
B. ELEMEN PERUBAHAN KURIKULUM 2013
Perubahan kurikulum 2013 meliputi beberapa elemen, antara lain:1) Kompetensi Lulusan : Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan; 2)Kedudukan Mata Pelajaran : Kompetensi yang semula diturunkan dari matapelajaran berubah menjadi matapelajaran dikembangkan dari kompetensi; 3)Pendekatan : Tematik Terpadu dalam semua mata pelajaran.
Selain hal di atas perubahan juga tentang Struktur Kurikulum (Mata pelajaran dan alokasi waktu) meliputi: 1)holistik berbasis sains (alam, sosial, dan budaya); 2)jumlah matapelajaran dari 10 menjadi 6; 3)jumlah jam bertambah 4 JP/minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran.
Proses Pembelajaran mengalami perubahan meliputi:1)Pembelajaran Tematik Terpadu; 2)Standar Proses yang semula terfokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi dilengkapi dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta; 3)belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat; 4)guru bukan satu-satunya sumber belajar; 5)sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan.
Penilaian Hasil Belajar : 1)Penilaian berbasis kompetensi; 2)ergeseran dari penilain melalui tes [mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja], menuju penilaian autentik [mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil]; 3)memperkuat PAP (Penilaian Acuan Patokan) yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal) ; 4)penilaian tidak hanya pada level KD, tetapi juga kompetensi inti dan SKL ; 5)mendorong pemanfaatan portofolio yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian .
Ekstrakurikuler meliputiPramuka (wajib),UKS,PMR, Bahasa Inggris dan atau disesuaikan kebutuhan.
C. SKL, KI, dan KD
Hubungan SKL,KI, dan KDdapat disimpulkan sebagai berikut: KD dikembangkan dari KI; KI dikembangkan dari SKL; SKL meliputi sikap, keterampilan dan pengetahuan; KI terdiri dari KI.1, KI.2, KI.3 dan KI.4; KI.1 (sikap spiritual) dikembangkan dalam KD1.1, KD1.2, KD1.3 dan KD1.4; KI.2 (sikap sosial) dikembangkan dalam KD2.1, KD2.2, KD2.3 dan KD2.4; KI.3 (pengetahuan) dikembangkan dalam KD3.1, KD3.2, KD3.3 dan KD3.4; KI.4 (keterampilan) dikembangkan dalam KD4.1, KD4.2, KD4.3 dan KD4.4; KD dikembangkan dalam indikator.
D. KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) atau integrated thematic instruction (ITI) pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1970-an; PTP diyakini sebagai salah satu model pengajaran yang efektif (highly effective teaching model);Pembelajaran Tematik Terpadu mampu mewadahi dan menyentuh secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik; secara empirik pembelajaran tematik terpadu (PTP) berhasil memacu percepatan dan meningkatkan kapasitas memori peserta didik (enhance learning and increase long-term memory capabilities of learners) untuk waktu yang panjang; menyediakan waktu bersama yang lain untuk secara cepat mengkonseptualisasi dan mensintesis; menginspirasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman belajar.
Kelebihan Pembelajaran Tematik Terpadu antara lain: memiliki perbedaan kualitatif (qualitatively different) dengan model pembelajaran lain, karena sifatnya memandu peserta didik mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills); dan sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Manfaat Pendekatan Tematik Terpadu antara lain: 1)suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan; 2)menggunakan kelompok kerjasama, kolaborasi, kelompok belajar, dan strategi pemecahan konflik yang mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah; 3)mengoptimasi lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom); 4)peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memproses informasi. Proses itu tidak hanya menyentuh dimensi kuantitas dan kualitas mengeksplorasi konsep-konsep baru dan membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan secara siap; 5)materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam kehidupannya sehari-hari; 6)peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan bimbingan khusus dan menerapkan prinsip belajar tuntas;7)program pembelajaran yang bersifat ramah otak memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.
Tahap Pembelajaran Tematik Terpadumeliputi: 1)menentukan tema, dimungkinkan disepakati bersama dengan peserta didik; 2)mengintegrasikan tema dengan kurikulum yang berlaku. dengan mengedepankan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 3)mendesain rencana pembelajaran. Tahapan ini mencakup pengorganisasian sumber dan aktivitas ekstrakurikuler dalam rangka mendemonstrasikan kegiatan dalam tema; 4)aktivitas kelompok dan diskusi. Yang memberi peluang berpartisipasi dan mencapai berbagi persepektif dari tema. Hal ini membangun guru dan peserta didik dalam mengeksplorasi subjek.
Model Pembelajaran Tematik Terpadu adalah model jaring laba-laba (webbed model). Model ini berangkat dari pendekatan tematis sebagai acuan dasar bahan dan kegiatan pembelajaran. Tema yang dibuat dapat mengikat kegiatan pembelajaran, baik dalam mata pelajaran tertentu maupun antarmata pelajaran. (Robin Fogarty 1991.)
E. KONSEP PENDEKATAN SCIENTIFIC
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan scientific (meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran) (Sudarwan, 2013).
Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan scientific (meliputi: mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran) (Sudarwan, 2013).
Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan scientific(McCollum : 2009) antara lain:1)menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder); 2)meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation); 3)melakukan analisis ( Push for analysis) dan4)b erkomunikasi (Require communication).
Aspek-aspek pada pendekatan scientific terintegrasi pada pendekatan keterampilan proses dan metode ilmiah antara lain:1) keterampilan proses sains merupakan seperangkat keterampilan yang digunakan para ilmuwan dalam melakukan penyelidikan ilmiah; 2)keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman langsung sebagai pengalaman pembelajaran (Rustaman :2005).
Langkah-langkah metode ilmiah(Helmenstine, 2013) antara lain: melakukan pengamatan, menentukan hipotesis, merancang eksperimen untuk menguji hipotesis, menguji hipotesis, menerima atau menolak hipotesisdan merevisi hipotesis atau membuat kesimpulan.
F. KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR
Penilaianautentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yangbermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan.Istilah Assessment merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi.Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid, atau reliabel.
Secara konseptual penilaianautentik lebih bermakna secara signifikan dibandingkan dengan tes pilihan ganda terstandar sekali pun.Ketika menerapkan penilaianautentik untuk mengetahui hasil dan prestasi belajar peserta didik, guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, aktivitas mengamati dan mencoba, dan nilai prestasi luar sekolah.
Penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013.Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaianautentik cenderung fokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik.
Penilaianautentik sangat relevan dengan pendekatan tematik terpadu dalam pembejajaran, khususnya jenjang sekolah dasar atau untuk mata pelajaran yang sesuai.Peserta didik diminta untuk merefleksikan dan mengevaluasi kinerja mereka sendiri dalam rangka meningkatkan pemahaman yang lebih dalam tentang tujuan pembelajaran serta mendorong kemampuan belajar yang lebih tinggi.
Pada penilaianautentik guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah. Penilaianautentik mencoba menggabungkan kegiatan guru mengajar, kegiatan siswa belajar, motivasi dan keterlibatan peserta didik, serta keterampilan belajar. Karena penilaian itu merupakan bagian dari proses pembelajaran, guru dan peserta didik berbagi pemahaman tentang kriteria kinerja. Dalam beberapa kasus, peserta didik bahkan berkontribusi untuk mendefinisikan harapan atas tugas-tugas yang harus mereka lakukan.
Penilaian autentik sering digambarkan sebagai penilaian atas perkembangan peserta didik, karena berfokus pada kemampuan mereka berkembang untuk belajar bagaimana belajar tentang subjek.Penilaianautentik harus mampu menggambarkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan remedial harus dilakukan.
Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran yang autentik pula. Menurut Ormiston, belajar autentik mencerminkan tugas dan pemecahan masalah yang diperlukan dalam kenyataannya di luar sekolah.Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.
Penilaian autentik akan bermakna bagi guru untuk menentukan cara-cara terbaik agar semua siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda.Konstruksi sikap, keterampilan, dan pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
Dalam pembelajaran autentik, peserta didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan scientific, memahami aneka fenomena atau gejala dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Guru dan peserta didik memiliki tanggung jawab atas apa yang terjadi. Peserta didik pun tahu apa yang mereka ingin pelajari, memiliki parameter waktu yang fleksibel, dan bertanggungjawab untuk tetap pada tugas.
Penilaian autentik pun mendorong peserta didik mengkonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.
Pada pembelajaran autentik, guru harus menjadi “guru autentik.” Peran guru bukan hanya pada proses pembelajaran, melainkan juga pada penilaian. Untuk bisa melaksanakan pembelajaran autentik, guru harus memenuhi kriteria tertentu:1)mengetahui bagaimana menilai kekuatan dan kelemahan peserta didik serta desain pembelajaran; 2)mengetahui bagaimana cara membimbing peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumber daya memadai bagi peserta didik untuk melakukan akuisisi pengetahuan;3)menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman peserta didik;4)menjadi kreatif tentang bagaimana proses belajar peserta didik dapat diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.
Jenis-jenis Penilaian Autentik:Penilaian Kinerja, Penilaian Proyek, Penilaian Portofolio, Penilaian Tertulis.
- a. Penilaian Kinerja
Penilaian autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja: daftar cek (checklist),catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records), skala penilaian (rating scale), dan memori atau ingatan (memory approach).
- b. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa investigasi yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek: 1)keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan;2)kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik;3)keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
- c. Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah seperti berikut ini:1) Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio;2)Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat;3)Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran;4)Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya;5)Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu;6)Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan;7)Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
- d. Penilaian Tertulis
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
G. RPP
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
v Komponen RPP ( Standar Proses No 65 Th 2013)
- Identitas Sekolah
- Tema/subtema
- Kelas/ semester
- Materi Pokok
- Alokasi Waktu
- Tujuan pembelajaran
- Kompetensi dasar
KD - KI 1
KD – KI 2
KD – KI 3
Indikator ....
KD – KI 4
Indikator...
- Materi Pembelajaran
- Alokasi waktu
- Metode pembelajaran
- Media Pembelajaran
- Sumber belajar
- Langkah-langkah Pembelajaran
- Penilaian hasil Pembelajaran
Pada kurikulum 2013, istilah standar kompetensi tidak dikenal lagi. Namun muncul istilah kompetensi inti.
Kompetensi inti adalah gambaran mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan tema; Kemampuan yang harus dimiliki seorang peserta didik untuk setiap kelas melalui pembelajaran.
Prinsip Penyusunan RPP meliputi:1)memperhatikan perbedaan individu peserta didik; 2)mendorong partisipasi aktif peserta didik;3)mengembangkan budaya membaca dan menulis; 4)memberikan umpan balik dan tindak lanjut; 5)keterkaitan dan keterpaduan;6)menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
Pelaksanaan Proses Pembelajaran: 1)Kegiatan Pendahuluan; 2)Kegiatan Inti:(a)Eksplorasi, (b)Elaborasi, (c)Konfirmas(ditambah pendekatan scientific):3) Kegiatan Penutup.
v Keterangan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
- 1. Kegiatan Pendahuluan
- Orientasi:Memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan illustrasi, menampilkan slide animasi (jika memungkinkan), fenomena alam, fenomena sosial, atau lainnya.
- Apersepsi:Memberikan apersepsi awal kepada peserta didik tentang tema yang akan diajarkan.
- Motivasi:Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari tema yang akan diajarkan.
- Pemberian Acuan
- Berkaitan dengan tema yang akan dipelajari.
- Acuan dapat berupa penjelasan tema dan materi dari beberapa mata pelajaran.
- Pembagian kelompok belajar.
- Penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran
- Kegiatan Inti
- Proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar.
- Dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik.
- Menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan tema, yang dapat meliputi proses:
- Eksplorasi;
- Elaborasi;
- Konfirmasi; dan
- Pendekatan Scientific
3. Kegiatan Penutup
- Kegiatan guru membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.
- Pemberian tes atau tugas, dan memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
Pada langkah pembelajaran dalam RPP pengembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan harus tampak.Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach padaproses pembelajaran.
v Contoh Format RPP:
Satuan Pendidikan : ...........................................................
Kelas/Semester : ..........................................................
Tema : ...........................................................
Sub Tema : .............................................................
Pertemuan ke : .............................................................
Alokasi Waktu : .............................................................
A. Kompetensi Inti
B. Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
C. Tujuan pembelajaran
D. Materi ajar
- Metode pembelajaran
F. Kegiatan Pembelajaran
- Pendahuluan
- Inti
- Penutup
G. Alat dan Sumber Belajar
- Alat dan Bahan
- Sumber Belajar
H. Penilaian dan Hasil Belajar
-Teknik
- Bentuk
- Instrumen (Tes dan Nontes)
- Kunci dan Pedoman penskoran
-Tugas
Demikian resume materi Pelatihan Kurikulum 2013 di Jakarta tanggal 13 – 17 Januari 2014 yang saya buat. Saya mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Tarakanita Pusat dan Yayasan Tarakanita Wilayah Bengkulu yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk belajar memahami konsep maupun implemetasi Kurikulum 2013. Sebagai tindak lanjut dari work shop ini, saya merencanakan untuk mengimbaskan materi work shop Kurikulum 2013 ini kepada rekan-rekan guru di unit SD melalui 2 tahap yakni:
- Pengenalan konsep Kurikulum 2013 dengan segala perangkatnya pada awal Februari 2014
- Praktik menyusun RPP pada awal Maret 2014.
Sekian dan terima kasih.
Bengkulu, Januari 2014 (A.Parjo)
-
there are no comments yet