Article Detail

PEDOMAN PENDIDIKAN TANPA KEKERASAN BIJAK MENGHUKUM SISWA Penulis : Mamiq Gaza

PEDOMAN PENDIDIKAN TANPA KEKERASAN

BIJAK MENGHUKUM SISWA

Penulis : Mamiq Gaza

 

Teori hukuman  adalah salah satu alat dari sekian banyak alat yang digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Dalam memberi hukuman sebaiknya guru dan orang tua perlu memperhatikan frekuensi, durasi dan intensitas pemeberian hukuman.  Hukuman bukan berorientasi pada karakter dan sifat anak yang cenderung tidak tampak melainkan lebih pada perilaku tampak yang bisa diubah, dikurangi dan atau ditingkatkan.

Beberapa pendapat yang menyatakan bahwa perilaku menghukum itu sama dengan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh guru pada siswa ataupun orang tua terhadap anaknya, menurut penulis, hal ini tidak sepenuhnya benar. Sebab pada dasarnya hukuman juga menjadi sebuah metode yang harus dilakukan dalam mengendalikan anak agar menjadi lebih baik. Namun perilaku menghukum itu bisa jadi dinamai aksi kekerasan ketika ia berorientasi pada hasil yang membuat anak “sakit” bukan terdidik.

 

Menghukum ini bisa memberikan dampak yang kita harapkan. Namun jika mekanismenya salah, bisa berdampak terbalik dari yang kita harapkan. Oleh karena itu, dirasa sangat penting sebelum guru dan orangtua memberikan hukuman terlebih dahulu harus memahami bagaimana proses hukuman tersebut diberikan, bagaimana dijalankan , bagaimana diawali dan diakhiri serta bagaimana dievaluasi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Wuryani dalam bukunya “Psikologi pendidikan” mengadakan penelitian pada seorang guru yang ingin menurunkan tingkat keributan dan ketidak disiplinan siswa dalam kelasnya dengan 2 cara.  Cara pertama yang digunakan adalah merespon dengan ungkapan negatif dan mendiskreditkan siswa yang tidak tertib dan tidak disiplin. Cara kedua yang digunakan adalah dengan menguatkan perilaku positif siswa-siswa yang dapat belajar dengan tertib di dalam kelas. Guru selalu menyempatkan diri untuk memuji dan memberikian sanjungan pada siswa yang belajar tertib. Hasilnya tingkat keributan di dalam kelas berkurang secara signifikan dengan cara kedua.

Jenis kekerasan menurut Riauskina, Djuwita dan Soesetio (2001) membagi dalam 4 kategori:

  1. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, mencubit, mencakar juga termasuk memeras dan merusak barang-barang milik orang lain)
  2. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, member panggilan nama buruk, merendahkan, mencela, mengintimidasi dan mengejek?
  3. Perilaku nonverbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan atau mengancam)
  4. Perilaku non verbal secara tidak langsung (mendiamkan seseorang, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, membiarkan anak tanpa pengawasan)

 

 

 

 

Quantum learning adalah salah satu ikon belajar menyenangkan. Salah satunya adalah prinsip FUN LEARNING mengandung beragam kegiatan belajar yang menyenangkan dan menghidupkan misalnya belajar dengan musik, belajar dengan aneka warna, belajar dengan teknik bermain

 

Prinsip gelombang otak manusia dimana pada gelombang –gelombang tertentu individu tidak dapat belajar dengan baik. Misalnya ketika kita memberikan tugas menghafal sebuah materi dengan semangat kita akan berlatih sebaik mungkin. Namun pada saat berhadpan dengan guru yang mungkin “menakutkan” otak tiba-tiba akan mengalami blocking yang mengakibatkan sebagian/seluruh hafalan menjadi hilang tak berbekas. Ini terjadi karena kecemasan dan ketakutan kita yang lebih mendominasi.

 

  1. Gelombang delta (contohnya aktivitas tidur, produksi hormone pertumbuhan. Pada kondisi ini anak tidak bisa belajar dengan baik)
  2. Gelombang teta (contohnya : aktivitas doa. berada dalam kondisi hening, khusyuk dan cenderung inspiratif . Gelombang ini cenderung melahirkan banyak ide dan gagasan kreativitas)
  3. Gelombang alpha (suasana otak cenderung rileks, suasana sangat meditative, nyaman dan merasa begitu ikhlas. Pada kondisi seperti inilah belajar optimal bisa dikembangkan untuk anak karena yang bekerja adalah rasa nyaman, bahagia dan tanpa tekanan)
  4. Gelombang betha (otak anak cenderung bersama donimasi logika, dikendalikan oleh alam sadar dan keadaan apa saja yang terjadi di hadapannya. Gelombang otak ini dipicu rasa takut, khawatir dan merasa terancam yang cenderung berujung stress. Pada kondisi ini anak tidak mungkin bisa belajar karena mengalami blocking. Jadi secanggih apapun metode belajar yang kita gunakan, tapi tidak membuat dan menciptakan rasa nyaman bagi anak untuk belajar, metode layak dipertanyakan.

 

Mengapa guru menghukum?

Beberapa factor internal dan eksternal :

  1. Warisan generasi sebelumnya

Guru dan orang tua merasa kesulitan melepaskan diri dari perilaku yang telah terstruktur sejak dulunya.

  1. Tidak tertancapnya tujuan pengembangan siswa

Guru yang memiliki tujuan “lebih” untuk siswanya akan memiliki motivasi yang “lebih” juga dalam mendidik siswanya termasuk mencegah dirinya dari menghukum siswa dengan cara- cara yang mungkin cenderung membuat “sakit” siswa.

  1. Keterbatasan guru pada ilmu psikologi perkembangan anak

Menurut Dr. Encok Mulyasa dari salah satu bukunya bahwa guru yang memiliki pengetahuan psikologi siswa akan berpikir sekian kali untuk memberikan perlakuan negative, karena ilmu berbanding lurus dengan perilaku.

  1. Minimnya kreativitas pendekatan guru

Guru yang kreatif tentu akan memiliki beragam cara untuk membuat siswanya belajar dengan baik tanpa harus cepat-cepat memberikan hukuman.

  1. System sekolah

Jika sekolah berhasil membangun system mendidik tanpa menghardik sejak awal kemungkinan lanjutannya adalah para guru dan semua orang yang terlibat dalam sekolah akan memberikan layanan terbaik bagi siswa.

 

Prosedur memberikan hukuman

  1. Jenis hukuman yang diberikan perlu disepakati di awal bersama anak
  2. Jenis hukuman yang diberikan harus jelas sehingga anak dapat memahami dengan baik konsekuensi kesalahan yang dilakukan.
  3. Hukuman harus dapat terukur sejauh mana efektivitas dan keberhasilannya dalam mengubah perilaku anak.
  4. Hukuman harus disampaikan dengan cara yang menyenangkan, tidak disampaikan dengan cara menakutkan apalagi memunculkan trauma berkepanjangan.
  5. Hukuman tidak berlaku jika ada stimulus diluar control. Artinay siswa melakukan kesalahan karena sesuatau yang tidak ia ketahui sebelumnya atau belum disepakati/belum dipublikasikan di awal.
  6. Hukuman dilaksanakan secara konsisten.
  7. Hukuman segera diberikan jika perilaku yang tidak diinginkan muncul. Penundaan akan berakibat pada biasnya tujuan hukuman yang diberikan.

 

 

Beberapa catatan penting yang perlu diberikan dalam memberikan hukuman bernuansa positif pada siswa:

  1. Hukuman bersifat positif.
  2. Hukuman tidak membuat trauma.

Hindari hukuman yang beresiko trauma biasanya bersifat publis (dilakukan dihadapan orang banyak), menyakiti, membuat malu dan memberika tekanan.

Ex : Si Ani yang selalu minta ditemani hingga pelajaran selesai lalu komentar guru” sampai kapan kamu seperti ini Ani, setiap hari kamu saja yang diurus, kalau kamu tidak mau sekolah, pulang saja nggak usah sekolah sekalian.”

  1. Hukuman tidak membuat sakit hati.
  2. Hukuman memberikan efek jera.
  3. Hukuman bersifat pembelajaran.

 

Jenis – jenis hukuman positif

  1. Komitmen ulang

Siswa diminta untuk merenung sejenak (sekitar 3 menit) lalu meminta maaf dan ada komitmen siswa untuk tidak mengulangi kesalahan sama.

  1. Isolasi

Pemberian hukuman dengan tidak menyapa dan menegur siswa yang tidak melakukan kesalahan. Diberikan senggang waktu tertentu yang dirasakan tepat dan sesuai untuk siswa (tidak lebih dari 3 hari). Bisa dengan tidak meyebut siswa ketika absen. Pilihan ini biasanya berlaku untuk kesalahan yang cukup besar dan memberikan dampak social yang cukup luas misalnya memukul teman.

  1. Penghilangan hak istimewa

Contoh petunjuk verbal : baik anak-anakku yang berbahagia, pada hari ini ibu membuat pita manis warna-warni bagi kalian semua. Pita ini nanti silahkan kalian tempel pada buku kalian dan kita akan belajar banyak dari pita ini. Baik ibu akan memanggil nama satu persatu dan silahkan mengambil pitanya. Guru menyebut seluruh nama siswa kecuali siswa yang bermasalah (dihilangkan haknya untuk mendapat pita). Alasan sang guru memberikan hukuman sebaiknya diketahui siswa sehingga dapat memperbaikinya di waktu yang akan datang.

 

  1. Moving

Meminta siswa pindah posisi duduknya sampai ada perilaku yang berubah.

  1. Lingkaran merah

Contoh : Siswa yang sering terlambat ke sekolah. Disampaikan terlebih dahulu kepada siswa. Siswa yang berada dalam garis merah tidak diperkenankan keluar dari garis selama menjalankan hukuman. Dalam garis merah siswa tidak diperkenankan untuk berbicara dan menyapa teman-temannya begitu juga dengan teman-temannya.

  1. Pengalihan (Tidak menghiraukan)

Guru hanya menghiraukan siswa yang mau belajar dan menaati aturan kelas

Contoh bahasa pengantar:

“baiklah sekarang ibu guru sudah kehilangan cara untuk membuat Nanda tertib belajar di dalam kelas, mulai saat ini nanda tidak apa-apa mau berbuat sesuka hatinya, mau rebut, mau keluar, atau mau apa saja silahkan, asalkan tidak mengganggu aktivitas belajar dalam kelas. Sedangkan yang lain kita sepakat belajar. Oke”

  1. Penyekapan

Ada ruangan khusus tanpa ornamen apapun yang diberikan kepada siswa pada waktu-waktu tertentu. Namun melalui tahap publikasi dan sosialisasi terlebih dahulu.

  1. Skorsing

Tentunya skorsing diberlakukan setelah melalui tahapan yang panjang, proses nego dan pendampingan guru pada siswa yang bersangkutan telah berlangsung lama

  1. Penugasan tulisan

Sebaiknya perintah tulisan sebaiknya bersifat positif dan tidak terlalu panjangserta mengandung muatan pesan yang bisa diingat siswa sebagai sumber informasi baru baginya.

  1. Penugasan komitmen dan bantuan pihak luar

Teknik penugasan diberikan dengan meminta siswa membawa sebuah lembaran kemudian menanyakan hal-hal tertentu yang diminta guru untuk ditanyakan siswa pada sisapa saja orang dewasa yang ia ditemui di lingkungan sekolah (tips atau nasihat)

  1. Amal

Misalnya si Fulan telah melakukan kesalahan berupa tidak tertib di kelas, diminta untuk menebusnya dengan perbuatan baik misalnya menyapu kelas, berbagi jajan dengan teman, dll

  1. Menghapus bintang

Teknik menghukum ini bisa berlaku bagi kelas yang sebelumnya telah menyepakati ada papan reward/bintang

  1. Komentar buku penghubung
  2. SMS laporan orang tua
  3. Tambahan tugas (hafalan)

Diharapkan tidak terlalu banyak sehingga tidak menjadi beban berat bagi siswa

  1. Penundaan hak.

Berbeda dengan penghilangan hak, hak siswa akan diperoleh melalui beberapa waktu yang ditetapkan guru.

  1. Tembok ratapan

Letak tembok ratapan mengambil fungsi tembok sekolah dan guru diharapkan dapat menciptakan kesan tembok tersebut sebagai tempat anak menanggung konsekwensi dan mempertanggungjawabkan kesalahannya.

 

 

Agar tidak berorientasi dengan hukuman menurut teori belajar social Bandura sebaiknya guru lebih banyak pada self positive response daripada self punishment sebab hal ini bisa menyumbangkan energy positif yang membuat guru dan orang tua lebih bahagia mendidik anak-anak

Menurut teori belajar social Bandura Ada beberapa langkah dan perilaku yang dapat dilakukan oleh guru :

  1. Self control therapy (terapi control diri) merupakan tindakan yang dilakukan guru untuk memiliki control diri yang tinggi sehingga tidak cepat memutuskan untuk memberi hukuman sebelum ada pertimbangan yang matang dan tepat sasaran.

Ada beberapa tips self control:

  1. Removing/avoiding. Menghindari suasana yang kental dengan keinginan untuk menghukum. Jadi dalam posisi ini diupayakan agar kondisi emosi benar-benar stabil ketika melangsungkan pembelajaran kepada anak.
  2. Aversive Stimuli . Mempublikasikan diri sebagai guru yang santun.
  3. Reinforce oneself yaitu memberi reinforcement kepada diri setelah berhasil mendidik siswa tanpa hukuman dan kekerasan
  4. Successive approximation adalah menyusun langkah-langkah khusus menuju tujuan secara bertahap. Misalnya hari Senin adalah hari tanpa marah, hari selasa adalah hari mengajar yang menyenangkan, rabu adalah hari berbagi hadiah kepada siswa yang terbaik, Kamis adalah hari memuji siswa, Jumat adalah hari belajar penuh bahagia dengan makan kecil seharga Rp 500,00 bersama siswa di dalam kelas.

 

  1. Behavioral Chart dengan membuat daftar perilaku menghukum yang sering dilakukan, berapa kali munculnya, pada saat kapan saja, pada situasi seperti apa dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya perilaku menghukum tersebut
  2. Self commitment. Membuat komitmen diri untuk tidak member hukuman dengan kekerasan kepada siswa.
  3. Environmental planning. Membuat setting lingkungan sekolah yang kondusif dan terbebas dari keinginan untuk menghukum
  4. Self contract.  Membuat kontrak untuk tidak member hukuman dengan kekerasan.
  5. Self regulation. Tindakan yang dilakukan untuk mengontrol diri dengan melakukan perbandingan.
  6. Modelling therapy. Pemunculan figur tokoh guru sebagai model guru yang mampu mendidik dengan mengedepankan sisi-sisi positif siswa.

 

 

 

 

 

 

 

Modifikasi perilaku sebagai penguatan

  1. Teknik peta cerita
  2. Teknik voucher (individu atau kelompok)
  3. Teknik form amal
  4. Teknik pendekatan individual
  5. Teknik penugasan evaluasi
  6. Teknik pemujian efektif
  7. Teknik bonus belajar
  8. Teknik waktu bebas
  9. Teknik papan bintang
  10. Teknik school award
  11. Teknik pajang foto
  12. Teknik repetisi kata
  13. Teknik bercerita
  14. Teknik tepuk kreatif
  15. Teknik janji

 

 

KESIMPULAN

  1. Guru/ orang tua hendaknya selalu berfikir positif tentang anak. Dengan demikian yang menjadi orientasi adalah perilaku positif anak bukan perilaku yang negative yang selalu kita cari-cari. Sebab perilaku negative cenderung muncul karena kita sendiri yang meransang kemunculannya, semua berasal dari pikiran negative kita tentang anak.

 

  1. Guru dan orang tua memiliki konsep utuh akan membawa kemana anak didik mereka dengan menggunakan cara apa yang paling tepat.

 

 

  1. Guru/orang tua meningkatkan diri dengan memperbanyak pengetahuan tentang dampak hukuman dan kekerasan bagi anak di masa depannya dengan berbagai sumber informasi.

 

  1. Guru dan orang tua menghargai kemampuan dan kelebihan anak. Dengan kata lain tidak hanya memfokuskan perhatian pada kelemahan dan keterbatasan anak tetapi juga memfokuskan diri pada hal-hal yang menyenangkan anak. 

 

 

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment